-->

Usaha Ternak Domba Yang Menggiurkan

Peternakan domba dan kambing merupakan sektor agribisnis yang patut dilirik dan; bahkan, perlu mendapat perhatian serius untuk mewujudkan agribisnis yang berdaya saing, sehingga dapat turut serta dalam memberikan sumbangan pada peningkatan perekonomian nasional. Hal ini berdasarkan pada keadaan alam yang sungguh luar biasa dan keadaan sosial-budaya yang sangat kondusif; terutama terkait dengan mayoritas WNI beragama Islam. Keduanya merupakan faktor pendukung potensial bagi pengembangan peternakan domba dan kambing di Indonesia.

Pendukung Alam. Hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur yang dapat menjamin ketersediaan pakan ternak. Disamping itu di seluruh wilayah Indonesia hanya terdapat dua musim; yaitu musim kemarau dan musim hujan, tanpa adanya perubahan temperatur yang demikian drastis. Kondisi alam yang demikian memungkinkan kegiatan peternakan domba dan kambing dapat dilakukan secara berkesinambungan sepanjang tahun.


Pendukung Sosial-Budaya. Mayoritas warga negara Indonesia beragama Islam. Dalam Islam terdapat kewajiban berkurban bagi yang mampu yang dilaksanakan setiap tahun pada bulan Haji, yaitu dengan cara menyembelih hewan kurban; termasuk diantaranya adalah domba/kambing. Dalam Islam juga terdapat upacara atau ritual yang dinamakan aqiqah, yaitu berkurban untuk merepresentasikan rasa syukur atas kelahiran anak; aqiqah untuk kelahiran anak laki-laki dilakukan dengan menyembelih dua ekor domba/kambing, sedangkan aqiqah untuk kelahiran anak perempuan dilakukan dengan menyembelih satu ekor domba/kambing. Kedua upacara atau ritual kurban dalam Islam ini potensial bagi terbentuknya pasar domba/kambing yang sangat besar. Selain itu, pada masyarakat juga terdapat berbagai ragam budaya yang dapat memberikan kontribusi terhadap pangsa pasar domba/kambing, misalnya menyembelih domba/kambing untuk acara hajatan; baik pernikahan atau khitanan, daging domba/kambing umumnya dimasak sebagai sate atau gulai yang lezat dan dipercaya dapat menambah stamina.

Langkah strategis membangun agribisnis peternakan domba/kambing. Langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan dalam rangka membangun kekuatan ekonomi nasional melalui sektor peternakan domba dan kambing pada dasarnya adalah mengolah secara cermat dan tepat terhadap kedua faktor pendukungnya; yaitu pendukung alam dan pendukung sosial-budaya, sehingga dapat dicapai kondisi mantap dalam skala besar pada usaha ternak domba dan kambing. Artinya, tercapai keseimbangan antara produksi domba/kambing dalam jumlah besar dan daya serap pasar yang dibutuhkan. Tentu saja hal ini bukan langkah mudah sebagaimana membalik telapak tangan. Keterlibatan berbagai pihak sangat diperlukan, terutama keterlibatan pemerintah, kalangan pengusaha, para akademisi, lembaga-lembaga penelitian terkait, asosiasi yang berhubungan dengan peternakan domba/kambing, mereka yang ingin membangun ekonomi keluarga, para ahli kulinair dan; yang paling menarik, keterlibatan kaum muda yang berani mencoba bangkit dan memposisikan diri sebagai pejuang ekonomi bangsa ... ?.

Berikut ini adalah gambaran kondisi ternak domba dan kambing di Indonesia menurut pusat data statistik peternakan terbaru. Populasi domba dan kambing saat ini mencapai 19.347.475 ekor; terdiri atas domba sebanyak 7.549 .316 ekor dan kambing 11.798.159 ekor. Populasi domba terbesar ada di wilayah Jawa Barat; yaitu mencapai 4.221.806 ekor ( 55,9 % total populasi domba nasional), sedangkan populasi kambing terbesar ada di wilayah Jawa Tengah; yaitu mencapai 3.033.952 ekor ( 25,7 % total populasi kambing nasional). Kebutuhan total konsumsi daging domba dan kambing nasional saat ini mencapai sekitar 5.613.252 ekor per tahun (29 % populasi domba dan kambing nasional); kebutuhan daging domba 2.436.438 ekor (43 % kebutuhan daging domba dan kambing nasional) dan kebutuhan daging kambing 3.176.814 ekor (57 % kebutuhan daging domba dan kambing nasional). Apabila diasumsikan bahwa tiap ekor domba/kambing menghasilkan daging sebanyak 11 Kg, maka tingkat konsumsi daging domba/kambing per kapita per tahun di Indonesia dengan 250 juta warga negara hanya mencapai angka sekitar 0,25 Kg. Sebagai bahan perbandingan berikut ini adalah tingkat konsumsi daging domba/kambing per kapita per tahun pada beberapa negara lain: Turki 61,7 Kg, Australia 52,5 Kg, Yunani 38,6 Kg, Inggris 16,9 Kg, Perancis 13,9 Kg, Cina 6,4 Kg, Rusia 3,4 Kg dan Jerman 3,3 Kg. Sedangkan untuk negara-negara timur tengah tingkat konsumsi daging domba/kambing cukup tinggi, di atas 40 Kg per kapita per tahun.

Prosentase konsumsi daging domba/kambing. Daging domba/kambing bukanlah satu-satunya daging yang dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Hingga saat ini konsumsi daging domba/kambing di Indonesia hanya mencapai 5 % dari total daging yang dikonsumsi. Angka ini tergolong sangat rendah apabila dibandingkan dengan prosentase konsumsi untuk daging lain: daging unggas 56 %, daging sapi 23 %, daging babi 13 % dan daging lainnya 3 %. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya daging domba/kambing belum menjadi menu pilihan utama, daya beli masyarakat rendah dan tidak tercapainya kontinuitas ketersediaan daging domba/kambing dalam jumlah cukup besar.
cara ternak kambing

Menggarap peluang ekspor. Menciptakan kondisi mantap pada usaha ternak domba/kambing nasional dalam skala besar perlu ditangani secara serius dan sesegera mungkin; meningkatkan volume produksi domba/kambing dan mengupayakan daya serap pasar untuk mengimbanginya. Disamping itu perhatian terhadap negara-negara pengimpor domba/kambing sangat penting untuk dilakukan, sehingga prediksi peluang ekspor yang ada dapat diketahui dan langkah-langkah yang perlu untuk menjajaginya dapat ditentukan. Berikut ini adalah data impor domba/kambing pada beberapa negara untuk menghadapi bulan haji tahun 2008: Brunei Darussalam 300 ribu ekor, Malaysia 350 ribu ekor, Kuwait 1 juta ekor dan Arab Saudi 2,5 juta ekor. Apabila dilihat dari tahun-tahun sebelumnya, maka nilai impor tersebut cenderung meningkat. Sementara nilai impor domba/kambing sepanjang tahun 2008 untuk Singapura dan Pilipina juga cukup tinggi; tidak kurang dari 200 ribu ekor.

Hingga saat ini Indonesia belum bisa berbuat banyak terhadap pasar ekspor domba/kambing yang ada dan nilainya cenderung meningkat; data impor domba/kambing oleh Brunei Darussalam, Malaysia, Kuwait dan Arab Saudi antara tahun 2000 s/d 2008 menunjukan peningkatan rata-rata sekitar 12% per tahun. Kebanyakan peternak domba/kambing di Indonesia adalah peternak tradisional dengan skala pemilikan kecil (small holder), yaitu sekitar 2 – 8 ekor; sebagai usaha sambilan yang pemeliharaannya benar-benar dilakukan secara sederhana dan hanya menggantungkan pada “keramahan alam”. Dukungan berbagai pihak; khususnya pemerintah, dan kerja keras para peternak secara benar; yaitu benar dari segi keilmuan dan dikerjakan dengan tingkat disiplin yang tinggi, tentu akan memajukan usaha ternak domba/kambing di Indonesia dalam rangka turut ambil bagian pada pasar ekspor.

sumber: http://moganinfo-doka.blogspot.com/
LihatTutupKomentar