“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai-berai kembali, kamu menjadikan sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.” (QS: 16:92)
Ada yang terasa hilang seusai Ramadhan meninggalkan kita bersama. Ada banyak kenangan indah selama Ramadhan dalam beribadah kepada Allah SWT begitu mudah kita jalankan, padahal di bulan-bulan lain begitu sulit dijalankan.
Seperti bangun malam dan menyisihkan sebagian harta untuk diberikan pada orang lain sebagimana dalam firman Allah di bawah ini: “Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan/menginfakkan (hartanya), mereka tidak berlebihan dan tidak kikir, dan adalah di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS:25: 64 dan 67).
Banyak pelajaran dapat dipetik dari ibadah Ramadhan yang baru saja kita lalui bersama di mana kita berharap agar semangat beribadah selama Ramadhan terus bergelora sepanjang tahun hingga bertemu Ramadhan berikutnya.
Di mana, pelajaran-pelajaran tersebut, antara lain, pertama, semangat beribadah mahdah, baik yang wajib maupun sunah (shalat, puasa, zakat, infak, zikir, tilawah, dan sebagainya). Ibadahi-badah ini dengan mudahnya kita bisa lakukan dengan kualitas dan kuantitas yang sangat baik.
Apakah semangat ibadah ini hanya bisa dilakukan dengan mudahnya hanya pada bulan Ramadhan? Ternyata tidak, karena Allah menyiapkan waktu sepanjang masa ini untuk digunakan beribadah kepada-Nya, kapan pun dan di mana pun. Sangatlah salah orang yang beranggapan seperti itu.
Kedua, semangat berdisiplin dalam menjalankan semua aktivitas. Ini terkait dengan berbagai aktivitas, baik yang terkait dengan ibadah mahdah mau pun ibadah ghaira mahdah (muamalah). Selama Ramadhan terbiasa berdisiplin dengan tak melanggar hal-hal yang membatalkan puasa. Nilai-nilai positif ini harus mampu diterapkan dalam kehidupan nyata selama setahun ke depan.
Ketiga, semangat berbagi harus mampu dilakukan tidak hanya selama Ramadhan, tetapi harus mampu diterapkan sepanjang tahun. Karena, berbagi harus menjadi bagian dari kehidupan kaum mukmin sepanjang tahun, bukan kebiasaan tahunan, terutama saat bulan Ramadhan saja. Kaum dhuafa selalu ada sepanjang tahun sehingga membutuhkan kepedulian dari para aghniya sepanjang waktu pula.
Keempat, semangat bersilaturahim yang selama Ramadhan dilakukan dengan intens melalui berbagai aktivitas, seperti buka bersama yang dilakukan oleh semua kalangan, baik oleh individu maupun organisasi. Juga aktivitas lain, seperti tarawih, tadarus, ataupun sahur bersama. Inilah spirit Ramadhan yang harus mampu kita aplikasikan sepanjang tahun. Wallahu a’lam.