DOKTER spesialis memang selalu ingin dibayar mahal, sehingga gara-gara gaji kecil, tim kesehatan yang mendampingi jemaah haji Indonesia tahun ini sangat sedikit. Bahkan, hingga pendaftaran ditutup di Kementerian Agama, tidak ada satupun dokter yang mendaftar.
"Sampai pada hari penutupan pendaftaran di Kemenag, tidak ada satupun dari spesialis yang mendaftar. Kalau toh akhirnya ada beberapa dokter spesialis anastesi, ginjal, bedah dan jantung yang berangkat, itu karena permintaan pribadi-pribadi dari para senior dokter/eks pengajar mereka," ujar anggota Timwas Haji DPR, Eva Kusuma Sundari, Jakarta, Senin (22/10/2012).
Eva memaparkan, semua tim pendukung Kemenag dalam penyelenggaraan haji mulai dari sopir, perawat, cleaning servis maupun dokter-dokter termasuk yang spesialis mendapat honor yang sama yaitu Rp 760 ribu/hari. Sehingga bagi dokter spesialis, merasa lebih murah dibandingkan buka praktik di rumahnya di dalam negeri.
"Para dokter spesialis yang akan bertugas selama 3 bulan hanya akan mendapat honor kurang lebih Rp 60 juta-an, jauh dari penghasilan mereka di tanah air yang bisa mencapai Rp 100 an juta per bulan," jelas politisi PDIP itu.
Oleh karenanya ia meminta Kemenag agar sepatutnya membuat kebijakan skala pemberian honor yang adil.
Selain itu, terhadap pemerintah daerah agar ada screening kesehatan yang lebih ketat oleh pemda-pemda karena pasien-pasien yang berpenyakit berat seperti tumor otak, gagal ginjal bisa lolos meski sejak kedatangan sudah tidak bisa menjalankan ibadah sama sekali.
Sehingga hal itu menjadi pemicu banyaknya calon haji asal Indonesia yang meninggal. Dia juga memaparkan, hingga saat ini sudah 86 orang yang meninggal.
"Hingga tanggal 21 Oktober, di Madinah tercatat 19 calhaj meninggal sedang di Mekah ada 67 orang yang meninggal," tandasnya.