-->

Seandainya BBM Bisa Dibagi

Jangan salah sangka membaca judul di atas, ini bukan Bahan Bakar Minyak. Melainkan tentang BlackBerry Messenger atau lebih dikenal BBM, yang mendunia. Siapa sangka produsen asal Kanada ini harus jungkir balik, menaikkan kembali pamor layanan chatting mereka setelah diterpa perang yang sangat dahsyat melawan layanan lain.


Awalnya tentu harus menggunakan smartphone berlebel BlackBerry jika ingin menggunakan fasilitas BBM ini. Dan lagi-lagi – saya rasa – suatu kesalahan dan ego dari pihak empunya BlackBerry yaitu RIM. Mereka tidak mau atau belum mau membagi aplikasi BBM ke pihak lain, sebut saja Android dari Google dan iOS dari Apple. Jika seseorang ingin BBM-an bahasa kerennya, maka harus mengirim ke teman yang punya smartphone BlackBerry pula. Jika teman tidak menggunakan ponsel pintar ini, jauh-jauh deh, mungkin itu lebih tepat bahasanya.

Menurut saya, satu di antara pengguna ponsel pintar dan menggunakan aplikasi chatting dalam keseharian, keputusan RIM untuk tidak membagi aplikasi chatting mereka ke pihak lain lebih kepada mempertahankan gengsi atau masalah paten yang sering diperebutkan saat ini. Padahal produsen yang dikenal dengan BBM ini sedang berjualan bukan? Pangsa pasar harus benar-benar diteliti dengan definisi secara luas. Kalau orang hanya membeli BlackBerry hanya untuk BBM saja, silahkan. Namun untuk fasilitas yang lain tentu sudah ditawarkan oleh produsen layanan chatting yang sedang gencar-gencarnya mempromosikan diri.

Jika pun ada yang masih tetap mempertahankan pendapatnya, BBM itu banyak keunggulan harus diklarifikasi terlebih dahulu. Keunggulan yang mana? Mengirim foto, lagu, Emoticon, aplikasi lain juga menawarkan hal yang sama. Hanya saja kelebihan mendasar terletak pada isi pesan yang langsung tersimpan di kantor pusat RIM di Kanada. Keuntungan mendasar juga tidak begitu berarti jika kita orang biasa, toh tidak akan ada yang mengorek isi pesan untuk membuktikan sesuatu. Kecuali untuk para pejabat tinggi jika ingin membuat salah dan bersifat pribadi boleh-boleh saja mengambil keuntungan ini. Selebihnya, sudah ditawarkan oleh layanan chatting lain.

Melihat pangsa pasar yang hampir sepenuhnya dikuasai Android, tentu ini membuat gerah RIM, dan Apple di lain pihak dengan iOS mereka. Andoid menawarkan berbagai aplikasi secara bebas kepada penggunanya, tentu dari kontrol Google walau tidak seketat Apple. RIM salah melangkah jika mempertahankan BBM hanya untuk produk mereka semata. Ibaratnya buah kelapa yang sudah jatuh dari pohon, sangat susah untuk menaikkan kembali ke atas. Ada kalanya RIM membagai BBM untuk produsen lain untuk mempertahankan produk mereka di pasaran.

Produsen smartphone tidak tinggal diam dalam menciptakan ponsel berkualitas. Ucapan RIM yang mengatasnamakan ponsel mereka sangat bermutu dan bernilai jual, bisa saja ditepis dengan hadirnya ponsel berkelas dari Samsung, HTC, LG, Sony maupun Nokia. Produsen ponsel besar dunia ini tidak pernah berhenti berbenah menghadirkan produk teranyar. Walau belakangan Samsung dan Apple terlibat perang paten tidak menyudutkan Samsung mengakhiri produksi mereka.

Hal ini tentu tidak dilihat oleh RIM, padahal pelajaran paling berharga bahwa hampir seluruh dunia meninggalkan produk RIM dan beralih ke Android dan Apple. Belum lama ini juga perusahaan sebesar Yahoo! meninggalkan BlackBerry karena dianggap tidak mampu mendukung kinerja mereka. Disusul lembaga pemerintah Amerika yang lagi-lagi ‘membuang’ produk RIM dan menggantikan dengan Android dan Apple.

Sekiranya RIM melihat celah ini, tidak hanya berharap pangsa pasar Asia, Indonesia khususnya, di mana orang masih berlomba menggunakan BlackBerry. Lama kelamaan bidikan RIM akan melepaskan sayap dan mengepak pada produsen lain. Bagus atau tidak produksi RIM terganti pemakaian, dan akhir-akhir ini BBM mengulah sampai beberapa jam. Lagi-lagi salah satu kekhawatiran pengguna untuk segera beralih ke produk lain, bukan hanya BlackBerry yang masih mengandalkan BBM.

Kita tunggu saja beberapa bulan ke depan, saat RIM meluncurkan BB10 mereka. Apakah akan menghadirkan sesuatu yang spektakuler? Atau kembali menyuguhkan produk dengan harga mahal namun kualitas biasa saja.




LihatTutupKomentar